Jumat, 14 Maret 2014

Inovasi Pembelajaran PPKn dengan Menggunakan Media Film Dokumenter’.





. Konsep Media Pembelajaran Film Dokumenter

Film adalah sarana orang berkomunikasi kepada audiens yang mempunyai kekuatan yang dapat menghipnotis untuk menerima nilai budaya tertentu, atau bahkan secara tidak sadar dapat menginternalisasi ideologi yang terkandung di dalamnya (A.A Suwasono, 2014: 1). Seseorang yang dapat meresapi cerita dalam film, akan menjadikannya seolah-olah nyata terjadi dan bahkan ikut terbawa emosi dalam film tersebut.
A.A. Suwasono (2014: 3) juga mengungkapkan bahwa film dapat membawa manusia menemukan cara baru dalam berkomunikasi, yang dapat melintasi ruang dan waktu. Kita dapat melihat peradaban manusia di luar tempat kita berada, melihat tatanan masyarakat di belahan dunia lain, melihat masyarakat lain berinteraksi, berkomunikasi, berbudaya. Melalui film, kita juga dapat melihat bagaimana suasana alam di tempat lain, seakan akan film telah menjadi jendela untuk melihat jauh di luar melintasi jarak dan waktu.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa film merupakan sarana berkomunikasi kepada audiens melalui cerita yang dapat melintasi ruang dan waktu. Film seakan menjadi jendela untuk melihat jauh di luar melintasi jarak dan waktu.
Berikut ini merupakan beberapa jenis film menurut Heru Effendy (2009, 3 – 6);
a.    Film Dokumenter
Film dokumenter adalah film yang menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Contohnya yaitu film dokumenter tentang kebudayaan flora dan fauna Indonesia.
b.    Film Panjang dan Pendek
Film panjang merupakan film yang berdurasi lebih dari 60 menit, sedangkan film pendek merupakan film yang berdurasi kurang dari 60 menit.
c.    Film Iklan
Film iklan diproduksi untuk kepentingan penyebaran informasi, baik produk maupun layanan masyarakat.

Selain itu, menurut Estu Miyarso jenis film dapat dilihat dari segi isi, target penonton, tokoh pemeran dan waktu tayangannya, yaitu.
a. Dari isinya dibedakan menjadi film fiksi dan film nonfiksi. Film fiksi yaitu cerita rekaan yang mencakup drama, action, horror dan film musikal, sedangkan film nonfiksi yaitu kisah nyata termasuk dokumentasi, news dan gambar faktual.
b. Dari penonton yang ditargetkan, film dibedakan menjadi film anak, dewasa dan segala umur.
c. Dari segi durasi, film dibedakan menjadi film pendek atau film berdurasi kurang dari 60 menit dan film panjang atau film berdurasi 60 menit atau lebih.
 Dari segi pemerannya, film dibedakan menjadi film animasi dan non animasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada banyak jenis film yang diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok. Adapun dalam penelitian ini film yang akan digunakan adalah jenis film non fiksi yang dilihat dari isinya, film anak dilihat dari penonton yang ditargetkan, film pendek dari segi durasi dan film animasi dari segi pemerannya. Film animasi adalah film yang memanfaatkan gambar (lukisan) maupun benda-benda mati yang lain yang bisa dihidupkan dengan teknik animasi (Marselli Sumarno, 1996: 16). Film animasi merupakan sebutan dari film kartun. Hal ini sejalan dengan pendapat Teguh Trianton (2013, 49) bahwa film kartun adalah pengolahan bahan diam menjadi gambar bergerak yang lebih menarik, interaktif, dan tidak menjemukan bagi semua orang.
Film merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru pada siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran. Film bagi dunia pendidikan digunakan untuk memperlihatkan pesan moral yang ada dalam film tersebut. Pesan moral yang terdapat dalam film diharapkan dapat menjadi sebuah pembelajaran bagi siswa untuk diterapkan dalam kesehariannya. Dari sinilah lahir film edukasi, yang merupakan media yang menyajikan pesan audiovisual dan gerak berupa edukasi bagi siswa, sehingga memberikan kesan yang impresif bagi siswa yang menontonnya.
Penggunaan media film memiliki kelebihan yaitu memberikan pesan edukasi yang dapat diterima secara lebih merata oleh siswa, media film baik untuk menerangkan suatu proses, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, dapat lebih realistis atau dapat diulang-diulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan serta memberikan kesan yang mendalam bagi siswa, sehingga mempengaruhi sikap siswa.
Menurut Azhar Arsyad (2009: 49), melalui media film memiliki beberapa keuntungan dalam pembelajaran, yaitu dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, dan lain-lain. Selain itu, mendorong dan meningkatkan motivasi, serta menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya.

2.2 implementasi penggunaan media film dokumenter dalam pembelajaran PPKn.
Penggunaan media film dengan beragam pendekatan dan metode dapat menciptakan pembelajaran yang aktif bagi siswa. Menurut Percipal and Ellington (dalam Ramadhan, 2010: 30), bahwa perhatian yang penuh dalam belajar dengan metode ceramah (attention spannya) makin lama makin menurun drastis. Misalnya, dalam 50 menit belajar, maka pada awal belajar attention spannya berkisar antara 12-15 menit, kemudian makin mendekati akhir pelajaran turun menjadi 3-5 menit.
Di samping itu British Audio Visual Association (dalam Siddik, 2011:7), menyatukan bahwa 75 % pengetahuan diperoleh melalui indera penglihatan, 13 % indera pendengaran, 6 % indera sentuhan dan rabaan dan 6 % indera penciuman dan lidah. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh perusahaan SOVOCOM COMPANY di Amerika dalam Siddik (1989: 155-156), tentang kemampuan manusia dalam menyimpan pesan adalah: verbal (tulisan) 20%, Audio saja 10%, visual saja 20%, Audio visual 50%.
Tetapi kalau proses belajar hanya menggunakan methode (a) Membaca saja, maka pengetahuan yang mengendap hanya 10% (b) Mendengarkan saja pengetahuan yang meng-endap hanya 20%. (c) Melihat saja pengetahuan yang mengendap bisa 50%. Dan (e) Mengungkapkan sendiri pengetahuan yang mengendap bisa 80%. (f) Mengungkapkan sendiri dan mengulang pada kesempatan lain 90% (Siddik, 2011).

Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media film, pada tahap perencanaan ini guru melakukan persiapan. Persiapan yang dilakukan oleh guru meliputi, persiapan pemilihan jenis film yang akan ditayangkan. Jenis film yang dipilih ditentukan berdasarkan tujuan pembelajaran yang ditentukan dan juga berdasarkan tingkat perkembangan karakteristik siswa. Menurut Louisell (dalam Unik Ambar Wati, 2012: 5) langkah persiapan guru menyiapkan unit pelajaran,
1.    memilih film yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran. Pertimbangan dalam memilih film:
a.       Panjangnya film
b.      Tingkat rekomendasi film
c.       Tahun produksi
d.      Diskripsi dari film tersebut
2.    Mempersiapkan kelas, audien dipersiapkan terlebih dahulu dan menjelaskan bagian-bagian yang harus mendapat perhatian khusus sewaktu menonton film.
3.    Langkah penyajian, dalam penyajian ini harus dipersiapkan perlengkapan yang diperlukan, antara lain: proyektor / LCD, layar, pengeras suara dan film.
4.    Aktivitas lanjutan berupa tanya jawab guna mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan oleh film tersebut.
Persiapan selanjutnya yang dilakukan guru ialah menyususn perencaan pemebalajaran, penyususnan pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan silabus. Perencaan pelaksanaan pembel-ajaran yang disusun oleh guru menggunakan pendekatan saintifik dengan menggunakan film sebagai media dan sumber belajar serta menerapakan metode pembelajaran yang beragam.
Perencanaan merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan setiap orang jika ingin melakukan kegiatan. Pada umumnya keberhasilan suatu program kegiatan yang dilakukan seseorang sangat ditentukan seberapa besar kualitas perencanaan yang dibuatnya. Seseorang yang melakukan kegiatan tanpa perencanaan dapat dipastikan akan cenderung mengalami kegagalan karena tidak memiliki acuan apa yang seharusnya guru lakukan dalam rangka keberhasilan kegiatan yang guru lakukan.
Salah satu contoh pelaksanaan pembelajaran PPKn dengan menggunakan media film ini adalah dalam proses pembelajaran materi Hak Asasi Manusia, setiap pertemuan ditampilkan film berjenis dokumenter pada saat proses pembelajaran berlangsung. Selain menampilkan film, pada saat proses pembelajaran pertama guru melakukan tanya jawab dengan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan tanggapan mereka terhadap film yang telah ditayangkan, kemudia guru menggunakan meotde diskusi setelah penayangan film.
Tahapan penilaian yang dilakukan guru dalam pembelajaran ialah guru memberikan tes tertulis pada siswa pada kegiatan penutup. Soal dari tes yang diberikan oleh guru berbentuk uraian dengan lima butir pertanyaan. Penilaian berupa tes tertulis ini dilakukan untuk menilai pemahaman siswa terhadp materi yang telah diajarkan. Penilaian selanjutnya yang dilakukan guru ialah menilai keatifan dan sikap siswa dalam diskusi, penilaian dilakukan dengan cara melihat bagaimana cara siswa menyampaikan argumennya ketika menjawab pertanyaan yang ada.
Penilaian pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi penilaian proses, penilaian produk, dan penilaian sikap. Penilaian pada 3 aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.    Penilaian proses atau keterampilan, dilakukan melalui observasi saat siswa bekerja kelompok, bekerja individu, berdiskusi, maupun saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja.
2.    Penilaian produk berupa pemahaman konsep, prinsip, dan hukum dilakukan dengan tes tertulis.
3.    Penilaian sikap, melalui observasi saat siswa bekerja kelompok, bekerja individu, berdiskusi, maupun saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi sikap (Emi, 2012:39).







Tidak ada komentar:

Posting Komentar