.
Konsep Media Pembelajaran Film Dokumenter
Film
adalah sarana orang berkomunikasi kepada audiens yang mempunyai kekuatan yang
dapat menghipnotis untuk menerima nilai budaya tertentu, atau bahkan secara
tidak sadar dapat menginternalisasi ideologi yang terkandung di dalamnya (A.A
Suwasono, 2014: 1). Seseorang yang dapat meresapi cerita dalam film, akan
menjadikannya seolah-olah nyata terjadi dan bahkan ikut terbawa emosi dalam
film tersebut.
A.A.
Suwasono (2014: 3) juga mengungkapkan bahwa film dapat membawa manusia
menemukan cara baru dalam berkomunikasi, yang dapat melintasi ruang dan waktu.
Kita dapat melihat peradaban manusia di luar tempat kita berada, melihat
tatanan masyarakat di belahan dunia lain, melihat masyarakat lain berinteraksi,
berkomunikasi, berbudaya. Melalui film, kita juga dapat melihat bagaimana
suasana alam di tempat lain, seakan akan film telah menjadi jendela untuk
melihat jauh di luar melintasi jarak dan waktu.
Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa film merupakan sarana berkomunikasi
kepada audiens melalui cerita yang dapat melintasi ruang dan waktu. Film seakan
menjadi jendela untuk melihat jauh di luar melintasi jarak dan waktu.
Berikut
ini merupakan beberapa jenis film menurut Heru Effendy (2009, 3 – 6);
a. Film
Dokumenter
Film
dokumenter adalah film yang menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat
untuk berbagai macam tujuan. Contohnya yaitu film dokumenter tentang kebudayaan
flora dan fauna Indonesia.
b. Film
Panjang dan Pendek
Film
panjang merupakan film yang berdurasi lebih dari 60 menit, sedangkan film
pendek merupakan film yang berdurasi kurang dari 60 menit.
c. Film
Iklan
Film
iklan diproduksi untuk kepentingan penyebaran informasi, baik produk maupun
layanan masyarakat.
Selain
itu, menurut Estu Miyarso jenis film dapat dilihat dari segi isi, target
penonton, tokoh pemeran dan waktu tayangannya, yaitu.
a.
Dari isinya dibedakan menjadi film fiksi dan film nonfiksi. Film fiksi yaitu
cerita rekaan yang mencakup drama, action, horror dan film musikal, sedangkan
film nonfiksi yaitu kisah nyata termasuk dokumentasi, news dan gambar faktual.
b.
Dari penonton yang ditargetkan, film dibedakan menjadi film anak, dewasa dan
segala umur.
c.
Dari segi durasi, film dibedakan menjadi film pendek atau film berdurasi kurang
dari 60 menit dan film panjang atau film berdurasi 60 menit atau lebih.
Dari segi pemerannya, film dibedakan menjadi
film animasi dan non animasi.
Berdasarkan
uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada banyak jenis film yang
diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok. Adapun dalam penelitian ini film
yang akan digunakan adalah jenis film non fiksi yang dilihat dari isinya, film
anak dilihat dari penonton yang ditargetkan, film pendek dari segi durasi dan
film animasi dari segi pemerannya. Film animasi adalah film yang memanfaatkan
gambar (lukisan) maupun benda-benda mati yang lain yang bisa dihidupkan dengan
teknik animasi (Marselli Sumarno, 1996: 16). Film animasi merupakan sebutan
dari film kartun. Hal ini sejalan dengan pendapat Teguh Trianton (2013, 49)
bahwa film kartun adalah pengolahan bahan diam menjadi gambar bergerak yang
lebih menarik, interaktif, dan tidak menjemukan bagi semua orang.
Film
merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyampaikan
materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru pada siswa dalam suatu
kegiatan pembelajaran. Film bagi dunia pendidikan digunakan untuk
memperlihatkan pesan moral yang ada dalam film tersebut. Pesan moral yang
terdapat dalam film diharapkan dapat menjadi sebuah pembelajaran bagi siswa
untuk diterapkan dalam kesehariannya. Dari sinilah lahir film edukasi, yang
merupakan media yang menyajikan pesan audiovisual dan gerak berupa edukasi bagi
siswa, sehingga memberikan kesan yang impresif bagi siswa yang menontonnya.
Penggunaan
media film memiliki kelebihan yaitu memberikan pesan edukasi yang dapat
diterima secara lebih merata oleh siswa, media film baik untuk menerangkan suatu
proses, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, dapat lebih realistis atau
dapat diulang-diulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan serta memberikan
kesan yang mendalam bagi siswa, sehingga mempengaruhi sikap siswa.
Menurut
Azhar Arsyad (2009: 49), melalui media film memiliki beberapa keuntungan dalam
pembelajaran, yaitu dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar siswa ketika
mereka membaca, berdiskusi, dan lain-lain. Selain itu, mendorong dan
meningkatkan motivasi, serta menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya.
2.2 implementasi penggunaan media film dokumenter
dalam pembelajaran PPKn.
Penggunaan
media film dengan beragam pendekatan dan metode dapat menciptakan pembelajaran
yang aktif bagi siswa. Menurut Percipal and Ellington (dalam Ramadhan, 2010:
30), bahwa perhatian yang penuh dalam belajar dengan metode ceramah (attention
spannya) makin lama makin menurun drastis. Misalnya, dalam 50 menit belajar,
maka pada awal belajar attention spannya berkisar antara 12-15 menit, kemudian
makin mendekati akhir pelajaran turun menjadi 3-5 menit.
Di
samping itu British Audio Visual Association (dalam Siddik, 2011:7), menyatukan
bahwa 75 % pengetahuan diperoleh melalui indera penglihatan, 13 % indera
pendengaran, 6 % indera sentuhan dan rabaan dan 6 % indera penciuman dan lidah.
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh perusahaan SOVOCOM COMPANY di
Amerika dalam Siddik (1989: 155-156), tentang kemampuan manusia dalam menyimpan
pesan adalah: verbal (tulisan) 20%, Audio saja 10%, visual saja 20%, Audio
visual 50%.
Tetapi
kalau proses belajar hanya menggunakan methode (a) Membaca saja, maka
pengetahuan yang mengendap hanya 10% (b) Mendengarkan saja pengetahuan yang
meng-endap hanya 20%. (c) Melihat saja pengetahuan yang mengendap bisa 50%. Dan
(e) Mengungkapkan sendiri pengetahuan yang mengendap bisa 80%. (f)
Mengungkapkan sendiri dan mengulang pada kesempatan lain 90% (Siddik, 2011).
Sebelum
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media film, pada tahap perencanaan
ini guru melakukan persiapan. Persiapan yang dilakukan oleh guru meliputi,
persiapan pemilihan jenis film yang akan ditayangkan. Jenis film yang dipilih
ditentukan berdasarkan tujuan pembelajaran yang ditentukan dan juga berdasarkan
tingkat perkembangan karakteristik siswa. Menurut Louisell (dalam Unik Ambar
Wati, 2012: 5) langkah persiapan guru menyiapkan unit pelajaran,
1. memilih
film yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran. Pertimbangan dalam memilih
film:
a. Panjangnya
film
b. Tingkat
rekomendasi film
c. Tahun
produksi
d. Diskripsi
dari film tersebut
2. Mempersiapkan
kelas, audien dipersiapkan terlebih dahulu dan menjelaskan bagian-bagian yang
harus mendapat perhatian khusus sewaktu menonton film.
3. Langkah
penyajian, dalam penyajian ini harus dipersiapkan perlengkapan yang diperlukan,
antara lain: proyektor / LCD, layar, pengeras suara dan film.
4. Aktivitas
lanjutan berupa tanya jawab guna mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap
materi yang disajikan oleh film tersebut.
Persiapan
selanjutnya yang dilakukan guru ialah menyususn perencaan pemebalajaran,
penyususnan pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan silabus. Perencaan
pelaksanaan pembel-ajaran yang disusun oleh guru menggunakan pendekatan
saintifik dengan menggunakan film sebagai media dan sumber belajar serta
menerapakan metode pembelajaran yang beragam.
Perencanaan
merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan setiap orang jika ingin melakukan
kegiatan. Pada umumnya keberhasilan suatu program kegiatan yang dilakukan
seseorang sangat ditentukan seberapa besar kualitas perencanaan yang dibuatnya.
Seseorang yang melakukan kegiatan tanpa perencanaan dapat dipastikan akan
cenderung mengalami kegagalan karena tidak memiliki acuan apa yang seharusnya
guru lakukan dalam rangka keberhasilan kegiatan yang guru lakukan.
Salah
satu contoh pelaksanaan pembelajaran PPKn dengan menggunakan media film ini
adalah dalam proses pembelajaran materi Hak Asasi Manusia, setiap pertemuan
ditampilkan film berjenis dokumenter pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Selain menampilkan film, pada saat proses pembelajaran pertama guru melakukan
tanya jawab dengan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan tanggapan mereka terhadap film yang telah ditayangkan, kemudia
guru menggunakan meotde diskusi setelah penayangan film.
Tahapan
penilaian yang dilakukan guru dalam pembelajaran ialah guru memberikan tes
tertulis pada siswa pada kegiatan penutup. Soal dari tes yang diberikan oleh
guru berbentuk uraian dengan lima butir pertanyaan. Penilaian berupa tes
tertulis ini dilakukan untuk menilai pemahaman siswa terhadp materi yang telah
diajarkan. Penilaian selanjutnya yang dilakukan guru ialah menilai keatifan dan
sikap siswa dalam diskusi, penilaian dilakukan dengan cara melihat bagaimana
cara siswa menyampaikan argumennya ketika menjawab pertanyaan yang ada.
Penilaian
pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi penilaian proses,
penilaian produk, dan penilaian sikap. Penilaian pada 3 aspek tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Penilaian
proses atau keterampilan, dilakukan melalui observasi saat siswa bekerja
kelompok, bekerja individu, berdiskusi, maupun saat presentasi dengan
menggunakan lembar observasi kinerja.
2. Penilaian
produk berupa pemahaman konsep, prinsip, dan hukum dilakukan dengan tes
tertulis.
3. Penilaian
sikap, melalui observasi saat siswa bekerja kelompok, bekerja individu,
berdiskusi, maupun saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi sikap
(Emi, 2012:39).